Tuesday, September 11, 2018

FAKTA IMUNISASI BAGI ANAK !!! PARA ORANG TUA WAJIB BACA !!!!


Baru-baru ini banyak berita yang beredar tentang vaksin palsu yang sangat meresahkan masyarakat, khususnya bagi para orang tua yang meiliki anak. Ini membuat para oang tua takut untuk membawa anaknya untuk melakukan imunisasi, padahal imunisasi ini sangat penting bagi tumbuh kembang anak. Bukan hanya para orang tua yang di buat resah oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab ini, tetapi para petugas kesehatan juga ikut kena imbasnya. Minim nya informasi yang di proleh dari orang tua mengenai imunisasi menjadi salah satu faktor berkembangnya vaksin palsu, karena orang tua enggan mencari tau apa itu imunisasi dan jarang bertanya tentang vaksin apa yang diberikan kepada anaknya. Ketika sudah terjadi sesuatu kepada anak mereka, barulah para orang tua berbondong-bondong mencari tau tentang imunisasi dan vaksin yang di berikan kepada anak mereka. Vaksin palsu dapat di cegah apabila anda selalu mencari tahu tentang apa saja yang harus di penuhi dalam proses tumbuh kembang anak, baik itu melalui media elektronik maupun media cetak.

Baca juga : 





Sebenarnya apa sih imunisasi itu? Prosesnya seperti apa? Manfaat dan tujuannya apa?

Imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap tubuh anak. Caranya dalah dengan pemberian vaksin. Vaksin ini berasal dari bibit penyakit tertentu yang dapat menimbulkan penyakit, tetapi penyakit ini terlebih dahulu di lemahkan/dimatikan sehingga tidak berbahaya lagi bagi kelangsungan hidup manusia.
Pembuatan vaksin bisa berasal dari bibit penyakit hidup yang di lemahkan (misalnya virus campak dalam vaksin campak, virus polio dalam vaksin polio, bakteri calmette Guerin dalam vaksin BCG), ada juga yang di buat dari toxin (racun)  yang di hasilkan oleh bakteri yang kemudian di rubah menjadi toxoid sehingga tidak berbahaya bagi manusia (missal, tetanus toxoid dalam vaksin TT, difteri toxoid dalam vaksin DPT atau DT).
Imunisasi merupakan reaksi antara antigen dan antibody, yang dalam bidang ilmu Imunologi merupakan kuman atau racun (toxin di sebut sebagai antigen). Secara khusus antigen merupakan bagian dari protein kuman atau protein racunnya. Bila antigen untuk pertama kalinya masuk ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh kan membentuk zat anti terhadap racun kuman yang di sebut dengan antibody.

Prinsip Pemberian Imunisasi

Prinsip dasar pemberian imunisasi adalah:
1.        Bila ada antigen (kuman, bakteri, virus, parasite, racun, kuman memasuki tubuh maka tubuh kan menolaknya, tubuh akan membuat zat anti berupa antibody atau anti toxin.
2.        Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen berlangsung secara lambat dan lemah, sehingga tak cukup banyak antibody yang terbentuk.
3.        Pada reaksi atau respon yang ke dua, ketiga, dan seterusnya tubuh sudah mulai lebih mengenal jenis antigen tersebut.
4.        Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam tubuhakan berkurang. Untuk mempertahankan agar tetap kebal, perlu di berikan antigen/suntikan/imunisasi ulang.
5.        Kadar antibody yang tinggi dalam tubuh menjamin anak-anak sulit untuk terserang penyakit.

Macam-macam imunisasi

Imunisasi aktif merupakan imunisasi yang di lakukan dengan cara menyuntikkan antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh anak sendiri yang akan membuat zat antibody yang akan bertahan bertahun tahun lamanya. Imunisasi aktif ini akan lebih bertahan lama daripada imunisasi pasif.

Imunisasi pasif disini tubuh tidak membuat sendiri zat antigen tetapi tubuh mendapatkannya dari luar dengan cara penyuntikan bahan atau serum yang telah mengandung zat anti, atau anak tersebut mendapatkannya dari ibu pada saat dalam kandungan.
Berikut ini akan saya jelaskan mengenai pemberian vaksin dalam kaitannya dengan imunisasi:

1.        Vaksin polio

Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus. Vaksin yang di gunakan oleh banyak Negara adalah vaksin hidup (yang telah di lemahkan), vaksin ini berbentuk cair, kemasnnya sebanyak 1 cc atau 2 cc dalam flakon yang dilengkapi dengan pipet untuk meneteskan vaksin. Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes lansung dari bool ke mulut bayi dengan tanpa menyentuh mulut bayi. Vaksin polio oral ini sangat mudah dan cepat rusak jika terkena panas apabila di bandingkan dengan vaksin lainnya.

Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I, II, III, IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). 

Pemberian imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada orang yang menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang berbahaya yang ditimbulkan akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun, jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.

Vaksinasi polio tidak dianjurkan diberikan pada keadaan ketika seseorang sedang demam (>38,5°C), obat penurun daya tahan tubuh, kanker, penderita HIV, Ibu hamil trimester pertama, dan alergi pada vaksin polio. Pernah dilaporkan bahwa penyakit poliomielitis terjadi setelah pemberian vaksin polio. Vaksin polio pada sebagian kecil orang dapat menimbulkan gejala pusing, diare ringan, dan nyeri otot.

2.        Vaksin campak

Bibit penyakit yang menyebabkan campak (meales) adalah virus. Vaksin yang di gunakan adalah vaksin hidup yang sudah di lemahkan. Kemasan dalam flakon adalah berbentuk gumpalan-gumpalan yang beku dan kering untuk kemudian di larutkan dalam 5 cc cairan. Potensi vaksin yang sudah di larutkan akan cepat menurun, vaksin ini mudah rusak oleh panas.

Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif, dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah bayi berumur lebih dari 1 tahun, bayi yang tidak mendapatkan imunisasi kedua sehingga merekalah yang menjadi target utama pemberian imunisasi campak. kadar antibodi campak tidak dapat dipertahankan sampai anak menjadi dewasa. 

Imunisasi campak ditujukan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. pemberian vaksin campak diberikan 1 kali pada umur 9 bulan secara subkutan walaupun demikian dapat diberikan secara intramuskuler dengan dosis sebanyak 0,5 ml. Selanjutnya imunisasi campak dosis kedua diberikan pada program school based catch-up campaign, yaitu secara rutin pada anak sekolah SD kelas 1 dalam program BIAS

Efek samping yang timbul dari imunisasi campak seperti demam lebih dari 39,5°C yang terjadi pada 5%-15% kasus, demam mulai dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 5 hari. Ruam dapat dijumpai pada 5% resipian timbul pada hari ke 7-10 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar dibedakan dengan akibat imunisasi yang terjadi jika seseorang telah memperoleh imunisasi pada saat inkubasi penyakit alami. Terjadinya kejang demam, reaksi berat jika ditemukan gangguan fungsi sistem saraf pusat seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca imunisasi.diperkirakan risiko terjadinya kedua efek samping tersebut 30 hari sesudah imunisasi sebanyak 1 diantara 1 milyar dosis vaksin

3.        Vaksin BCG (Bacillus Calmet Guirnet)

Vaksin BCG melindungi anak terhadap tuberculosis (TBC), di buat dari bibit penyakit hidup yang telah di lemahkan. Vaksin ini berasal dari bakteri, bentuknya beku, kering seperti campak, kalau sudah dilarutkan harus segera di gunakan maksimal 3 jam, mudah rusak jika terkena sinar matahari langsung, sehingga kemasannya terbuat dari botol yang berwarna gelap.
Imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC) pada anak. Vaksin BCG diberikan pada umur < 2 bulan, Kementerian Kesehatan menganjurkan pemberian imunisasi BCG pada umur 1 bulan dan sebaiknya pada anak dengan uji Mantoux (Tuberkulkin) negatif. Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan. Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan. Efek proteksi bervariasi antara 0-80 %, berhubungan dengan beberapa faktor yaitu mutu vaksin yang dipakai, lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor pejamu (umur, keadaan gizi dan lain-lain)

Cara pemberiannya melalui suntikan. Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Dosis 0,55 cc untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 cc untuk anak dan orang dewasa. Pemberian imunisasi ini dilakukan secara Intrakutan di daerah lengan kanan atas. Disuntikkan kedalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam memberikan suntikan intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10mm, ukuran 26).

Imunisasi BCG tidak boleh digunakan pada orang yang reaksi uji tuberkulin > 5 mm, menderita infeksi HIV atau dengan risiko tinggi infeksi HIV, imunokompromais akibat pengobatan kortikosteroid, obat imuno-supresif, mendapat pengobatan radiasi, penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang atau sistem limfe, menderita gizi buruk, menderita demam tinggi, menderita infeksi kulit yang luas, pernah sakit tubercolusis, dan kehamilan.

Efek samping reaksi lokal yang timbul setelah imunisasi BCG yaitu setelah 1-2 minggu diberikan imunisasi, akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan khusus, karena luka ini akan sembuh dengan sendirinya secara spontan. Kadang terjadi pembesaran kelenjar regional diketiak atau leher. Pembesaran kelenjar ini terasa padat, namun tidak menimbulkan demam

4.        Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus)

Terdiri dari toxoid difteri, bakteri pertussis dan tetanus toxoid, dapat disimpan dam suhu 2-8 derajat celcius. Kemasan yang digunakan adalah 5 cc untuk DPT, 5 cc untu TT dan 25 cc untuk DT. Vaksin ini digunakan untuk pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B dan infeksi Haemophilus influenza tipe b secara simultan. Strategic Advisory Group of Expert on Immunization (SAGE) merekomendasikan vaksin Hib dikombinasi dengan DPT-HB menjadi vaksin pentavalent (DPT-HB-Hib) untuk mengurangi jumlah suntikan pada bayi. Penggabungan berbagai antigen menjadi satu suntikan telah dibuktikan melalui uji klinik, bahwa kombinasi tersebut secara materi tidak akan mengurangi keamanan dan tingkat perlindungan.

Pemberian imunisasi DPT-HB-Hib diberikan sebanyak 3 (tiga) kali pada usia 2, 3 dan 4 bulan. Pada tahap awal hanya diberikan pada bayi yang belum pernah mendapatkan imunisasi DPT-HB. Apabila sudah pernah mendapatkan imunisasi DPT-HB dosis pertama atau kedua, tetap dilanjutkan dengan pemberian imunisasi DPT-HB sampai dengan dosis ketiga. Untuk mempertahankan tingkat kekebalan dibutuhkan imunisasi lanjutan kepada anak batita sebanyak satu dosis pada usia 18 bulan.

Terdapat beberapa kontraindikasi terhadap dosis pertama DPT, kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius lainnya merupakan kontraindikasi terhadap komponen pertusis. Dalam hal ini vaksin tidak boleh diberikan sebagai vaksin kombinasi, tetapi vaksin DT harus diberikan sebagai pengganti DPT, vaksin Hepatitis B dan Hib diberikan secara terpisah. 

Vaksin tidak boleh diberikan pada anak dengan riwayat alergi berat dan ensefalopalopati pada pemberian vaksin sebelumnya. Keadaan lain yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah bila pada pemberian vaksin sebelumnya. Keadaan lain yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah bila pada pemberian pertama dijumpai riwayat demam tinggi, respon dan gerak yang kurang (hipotonik-hiporesponsif) dalam 48 jam, anak menangis terus selama 2 jam, dan riwayat kejang dalam 3 hari sesudah imunisasi DPT. Pemberian vaksin sebaiknya ditunda pada orang yang berpenyakit infeksi akut. Vaksin DPT, baik bentuk DtaP maupun DTwP, tidak diberikan pada anak kurang dari usia 6 minggu. Sebab, respons terhadap pertusis dianggap tidak optimal. Vaksin pertusis tidak boleh diberikan pada wanita hamil. 

5.        Vaksin Toxoid Difteri

Merupakan bagian dai vaksin DPT atau DT, vaksin di buat dari toxoid yang merupakan racun yang telah di lemahkan, ini akan rusak jika di bekukan dan juga bias rusa oleh panas.


JADWAL IMUNISASI



PENYAKIT YANG DAPAT DI CEGAH DENGAN

IMUNISASI

1.        Hepatitis B

Hepatitis B disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), suatu anggota family Hepadnavirus, suatu virus DNA yang berlapis ganda, berbentuk bulat dan dapat menyebabkan peradangan hati akut atau kronis yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati (hati mengeras dan mengecil) atau kanker hati.

Gejala dan tanda infeksi VHB tergantung pada perjalanan klinisnya, apakah dalam keadaan akut, kronis, atau sudah dalam keadaan sirosis atau kanker hati. Pada keadaan akut, keluhan yang dirasakan pasien adalah berupa lemas, mual, mata kuning, demam, kencing seperti air teh. Sementara pada hepatitis B kronis, biasanya pasien hanya mengeluh mudah lelah dan lesu. Sementara pada keadaan sirosis, pasien mengeluh perut bengkak (rongga perut terisi air), mata kuning, lesu dan sebagainya. Bila hepatitis B kronis telah menjadi kanker hati, keluhan yang dirasakan pasien adalah perut sebelah kanan atas membesar dan mengeras. Jika demikian keadaannya, biasanya pasien yang menderita kanker hati tidak akan bertahan sampai satu tahun.

Proses penularan virus ini dapat melalui dua cara yaitu dengan penularan vertikal dan penularan horizontal. penularan vertikal terjadi dari ibu yang mengidap virus hepatitis B kepada bayi yang dilahirkan, yaitu pada saat persalinan atau segera setelah persalinan. Di indonesia, cara penularan ini yang paling banyak terjadi. Sedangkan penularan horizontal dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur, dan sikat gigi secara bersama-sama serta hubungan seksual dengan penderita. Cara penularan ini biasanya terjadi pada orang dewasa.

2.        Tuberculosis

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis. Tuberkulosis paling sering mengenai paru-paru tetapi dapat juga mengenai organ lainnya seperti selaput otak, tulang, kelenjar superfisialis dan lain-lain. Beberapa minggu (2-12 minggu) setelah infeksi Mycobacterium tuuberculosis terjadi respon imunitas selular yang dapat ditunjukkan dengan uji tuberculin.

Gejala umum TB pada orang dewasa adalah batuk yang terus-menerus selama 2-3 minggu atau lebih, batuk berdahak kadang berdarah, nyeri dada, penurunan berat badan, demam, menggigil, berkeringat malam hari, kelelahan, dan kehilangan selera makan. Bakteri ini biasanya menyerang orang lain, misalnya ginjal, tulang belakang, otak, kelenjar, dan sebagainya. Pada anak-anak gejala tuberkulosis paru berbeda dengan orang dewasa, keluhan yang sering dijumpai adalah anak tidak mau makan, berat badan jauh di bawah rata-rata anak seumurnya. Penderita yang sudah positif menderita tuberkulosis diobati melalui Program Nasional Penanggulangan TBC (Strategi DOTS). Penderita harus mengonsumsi OAT (Obat Anti Tuberkulosis) minimal 6 bulan. Cara pencegahan yang paling efektif yaitu dilakukan melalui vaksinasi.

3.        Difteri

Difteri adalah penyakit menular akut pada tonsil, faring, hidung, laring, selaput mukosa, kulit dan terkadang konjungtiva serta vagina. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan usia, tetapi lebih sering pada anak-anak, terutama pada anak yang tidak mempunyai kekebalan terhadap bakteri penyebab difteri. Difteri merupakan penyakit yang mengancam jiwa. Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae. Tingkat kematian akibat penyakit ini paling tinggi di kalangan bayi dan orang tua, kematian biasanya terjadi pada tiga sampai empat hari pertama timbulnya penyakit.

Sumber utama penularan penyakit ini adalah manusia. Penularan terjadi melalui udara pernapasan saat kontak langsung dengan penderita atau pembawa (carier) kuman. Seorang penderita difteri dapat menularkan penyakit sejak hari pertama sakit sampai 4 minggu atau sampai tidak ditemukan lagi bakteri pada lesi yang ada. Seorang pembawa (carier) kuman dapat menularkan penyakit sampai 6 bulan. . Seseorang yang sembuh dari penyakit difteri tidak selalu mempunyai kekebalan seumur hidup. Pencegahan yang paling efektif dilakukan
melalui vaksinasi.

4.        Pertusis

Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi akut berupa batuk yang sangat berat (batuk seratus hari). Penyakit ini menyerang mulut, hidung, dan tenggorokan. Pertusis merupakan penyakit yang sangat menular dan dapat menyerang semua golongan umur, makin muda usia terkena pertusis, makin berbahaya. Kasus terbanyak terjadi pada anak umur 1 tahun. Pertusis disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis.

Pertusis menular melalui udara pernapasan, yaitu percikan air ludah. Seorang penderita menjadi infeksius sampai 3 minggu setelah serangan batuk dimulai. Gejala akan mulai timbul 3-12 hari setelah bakteri masuk ke dalam tubuh. Infeksi berlangsung selama 6 minggu dan berkembang melalui 3 tahapan, biasanya gejala dimulai dengan batuk dan pilek ringan selama 1-2 minggu (stadium kataral). Kemudian, diikuti dengan masa jeda batuk (stadium paroksismal), disini timbul 5-15 kali batuk diikuti dengan menghirup napas bernada tinggi. Batuk atau lendir yang kental sering merangsang terjadinya muntah. Tahap terakhir gejala pertusis disebut dengan tahap konvalesen, yang ditandai dengan batuk dan muntah semakin berkurang, anak tampak merasa lebih baik. Kadang-kadang batuk terjadi selama berbulan-bulan biasanya akibat iritasi saluran pernapasan.

Pengobatan pertusis secara kausal dapat dilakukan dengan antibiotic khususnya eritromisin, dan pengobatan suportif terhadap gejala batuk yang berat. Pemberian pengobatan eritromisisn untuk pencegahan pada kontak pertusis dapat dilakukan untuk mengurangi penularan (Ranuh et.al. 2011). Tindakan pencegahan yang paling efektif adalah dengan membentuk kekebalan tubuh terhadap bakteri pertusis melalui vaksinasi.

5.        Tetanus

Tetanus adalah penyakit akut, bersifat fatal, gejala klinis disebabkan oleh eksotoksin yang diproduksi Clostridium tetani. Bakteri ini tersebar di seluruh dunia menyerang bayi, anak-anak dan remaja terutama yang tidak memperoleh  perlindungan vaksinasi. Tetanus, terutama tetanus neonatorum, sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang serius. Sebab, tetanus menjadi penyebab 8%-69% dari kematian bayi baru lahir (menjadi penyebab kematian utama terutama di negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia).

Clostridium tetani masuk kedalam tubuh manusia melalui luka, misalnya luka tusuk, luka robek, luka tembak, luka bakar, luka gigit, luka suntikan, infeksi telinga, rahim sesudah persalinan atau keguguran, pemotongan tali pusat yang tidak steril (sebagai penyebab utama Tetanus neonatarum). Pasien tetanus mudah sekali mengalami kejang, terutama apabila mendapatkan rangsangan seperti suara berisik, terkejut, sinar dan sebagainya. Tetanus pada bayi baru lahir disebut tetanus neonatorum, yang penularannya terjadi pada saat pemotongan tali pusat yang dilakukan secara tidak steril. Tetanus neonatorum lebih mudah terjadi bila bayi tidak mendapat imunisasi pasif atau bila pada saat
ibunya hamil tidak pernah mendapat imunisasi.

Pencegahan tetanus dilakukan melalui upaya sterilitas alat, misalnya saat memotong tali pusat, pembersihan dan perawatan luka dan segera mengobati luka infeksi. Tetapi, upaya pencegahan paling efektif adalah melalui imunisasi pasif dan aktif.

6.        Poliomyelitis

Poliomielitis atau polio adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan virus polio. Kerusakan pada motor neuron medula spinalis dapat mengakibatkan kelumpuhan yang bersifat flaksid, sehingga nama lain dari poliomielitis adalah infantile paralysis, acute anterior poliomyelitis. Respons terhadap infeksi virus polio sangat bervariasi mulai dari tanpa gejala sampai adanya gejala kelumpuhan total dan antropi otot, pada umumnya mengenai tungkai bawah dan bersifat asimetris, dan dapat menetap selamanya bahkan sampai dengan kematian. Masa inkubasi poliomielitis berlangsung 6-20 hari dengan kisaran 3-35 hari.

Penyakit ini ditularkan orang ke orang melalui fekal-oral-route. Gaya hidup dengan sanitasi yang kurang akan meningkatkan kemungkinan terserang poliomielitis. Kebanyakan poliomielitis tidak menunjukkan gejala apapun. Infeksi semakin parah jika virus masuk dalam sistem aliran darah. Kurang dari 1% virus masuk pada sistem saraf pusat, akan tetapi virus lebih menyerang dan menghancurkan sistem saraf motorik, hal ini menimbulkan kelemahan otot dan kelumpuhan. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan
kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa terjadi jika otot-otot pernapasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.

Cara pencegahan penyakit polio yang harus dilakukan pertama yakni peningkatan higiene, karena penyakit polio ditularkan per oral melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung virus, maka higiene makanan/minuman sangat penting. Pencegahan yang paling efektif terhadap penyakit poliomielitis adalah dengan pemberian vaksin.

7.        Campak

Penyakit campak (rubeola atau measles) adalah penyakit infeksi yang sangat mudah menular, yaitu kurang dari 4 hari pertama sejak munculnya ruam. Penyebab pasti dari penyakit campak adalah virus campak. Campak merupakan penyebab kematian bayi umur kurang 12 bulan dan anak usia 1-4 tahun. Diperkirakan 30.000 per tahun anak Indonesia meninggal akibat komplikasi campak. Campak berpotensi menyebabkan kejadian luar biasa atau pandemic. Penularan penyakit campak berlangsung sangat cepat melalui udara atau semburan ludah (droplet) yang terisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi pada masa fase kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul. Gejala klinis seperti demam timbul secara bertahap dan meningkat sampai hari kelima atau keenam pada puncak timbulnya ruam. Ruam awal pada 24 sampai 48 jam pertama diikuti dengan turunnya suhu tubuh sampai normal selama periode satu hari dan kemudian diikuti dengan kenaikan suhu tubuh yang cepat mencapai 40°C pada waktu ruam sudah timbul diseluruh tubuh. Gejala awal lainnya yang sering ditemukan adalah batuk, pilek, mata merah selanjutnya dicari Koplik’s spot. Dua hari sebelum ruam timbul, gejala Koplik’s spot yang merupakan tanda pathognomonis dari penyakit campak, dapat dideteksi. Pencegahan penyakit campak ini dapat dilakukan dengan cara menghindari kontak dengan penderita, meningkatkan daya tahan tubuh dan vaksinasi campak.

Setelah membaca fakta di atas, apakah anda masih ragu untuk membawa anak anda untuk imunisasi?
semoga bermanfaat buat anda semua.... :)


No comments:

Post a Comment